Kamis, 13 Agustus 2009

SEJARAH DAN KEASLIAN AL-QUR'AN

Oleh : Irene Handono

Perbandingan

Jika dibandingkan dengan kitab-kitab yang terdahulu - Taurat, Zabur, Injil- maka Al-Qur'anlah yang paling bisa dikatakan lebih otentik karena beberapa hal :

Ditulis saat Rasulullah masih hidup, dengan larangan penulisan masalah lainnya yaitu hadits, sehingga kemungkinan adanya pencampuran adalah kecil. Sementara yang lain seperti Perjanjian Lama yang merupakan himpunan kitab/fasal, ditulis selama lebih dari dua abad setelah musnahnya teks asli pada zm. Nebukadnezar, yang ditulis kembali berdasarkan ingatan semata oleh seorang pendeta Yahudi yang bernama Ezra dan dilanjutkan oleh pendeta - pendeta Yahudi atas perintah raja Persia , Cyrus pada tahun 538 sebelum Masehi.18

Al-Qur'an masih memakai bahasa asli sejak wahyu diturunkan yaitu Arab, bukan terjemahan. Bagaimanapun terjemah telah mengurangi keotentikan suatu teks.
Bibel sampai ketangan umatnya dengan Bahasa Latin Romawi. Bahasa Ash Taurat adalah Ibrani, sedang bahasa Ash Injil adalah Aramaik. Keduanya disajikan bersama dalam paket Bibel berbahasa Latin yang disimpan dan disajikan untuk masing-masing negara melalui bahasanya sendiri-sendiri, dengan wewenang penuh untuk mengubah dan mengganti sesuai keinginan

Al-Qur'an banyak dihafal oleh umat Islam dari zaman Rasulullah sampai saat ini. Sedangkan Bibel, boleh dibilang tidak ada. Jangankan dihapal, di Indonesia sendiri Bibel umat Katolik baru boleh dibaca oleh umatnya pada tahun 1980

Materi Al-Qur'an tidak bertentangan dengan akal, dan relevan sepanjang masa. Sementara Bibel mengandung banyak hal-hal yang tidak masuk akal dan mengandung pornografi. Seperti berikut ini :
Ayat porno
Yehezkiel 23 :1-21, berisi ayat-ayat jorok tentang seksual. Diceritakan didalamnya penyimpangan seksual yang sangat berbahaya bagi perkembangan psikologis bila dibaca oleh anak¬anak dibawah umur. Ada kalimat-kalimat yang sangat cabul dengan menyebut (maaf) buah dada, buah zakar, menjamah¬jamah, birahi, dan lain-lain, contohnya :
(ayat.3) "Mereka bersundal pada masa mudanya; di sann susunya dijamah jamah dan dada keperawanannya dipegang-pegang".
Ayat yang selanjutnya: 5, 8, 11, 18, 20, 21 dalam kitab yang sama lebih jorok lagi yang tidak sepantasnya ditulis bahkan di dalam buku ini.
Pelecehan Bibel terhadap Tuhan
Tuhan jorok, menyuruh makan tahi? (Yehezkiel4: 13).
Tuhan kalah dalam duel melawan Yakub? (Kejadian 32:28).
Pelecehan Bibel kepada para Nabi Allah Swt.
Nabi Nuh mabuk-mabuk sampai teler dan telanjang bugil (kejadian 9:18-27).

Ayat-ayat yang mustahil dipraktekkan

Hukum Sabat
Hari Sabat (sabtu) adalah hari Tuhan yang harus dikuduskan. Pada hari itu setiap orang dilarang bekerja, dilarang memasang api di rumah (lampu, kompor, dll) karena Sabat adalah hari perhentian penuh. Orang yang bekerja pada hari Sabtu harus dihukum mati (keluaran 20 :8-11, 31 :15, 35 : 2-3).

Ayat-ayat diskriminatif
Perbuatan riba (rente) dilarang dilakukan kepada Israel, tapi boleh dilakukan kepada non Israel (Ulangan 23 : 19-20). Ayat-ayat yang seperti di atas adalah bukti kebenaran dari apa yang diberitahukan oleh Allah bahwa para ahli kitab telah merubah isi kitab mereka. Apa mungkin Tuhan berfirman seperti di atas?. Maha suci Allah atas apa yang mereka tuduhkan. Sebelum menyudutkan sisi sejarah penulisan wahyu, Dr. Robert Morey mestinya berkaca lebih lama di depan kitab sucinya untuk kemudian menentukan langkahnya. Langkah menyudutkan al-Qur'an sangat tidak membantu umat Kristen memahami kitab sucinya. Kalau ingin jujur sebenarnya ajaran asli -tauhid- mereka disampaikan ulang oleh Allah melalui al-¬Qur'an. Beberapa kiasan dalam bibel akan dapat mudah dipahami ketika membaca al-Qur'an. Maka benar jika al-Qur'an menyatakan bahwa di dalam al-Qur'an memuat kabar dan ajaran tentang mereka. Pengakuan saudara seagama Dr. Robert Morey , lebih menunjukkan suatu kedewasaan berpikir dan jujur. Mungkin termasuk mereka yang disebut al-Qur'an sebagai Qissisin wa ruhban, yaitu :

Dr. G.C. Van Niftrik dan Dr. B.J. Bolland :

"Kita tidak usah malu-malu, bahwa terdapat berbagai kekhilafan di dalam Bibel; kehilafan-kekhilafan tentang angka-angka perhitungan; tahun dan fakta. Dan tak perlu kita pertanggungkan kekhilafan-kekhilafan itu pada caranya, isi Bibel telah disampaikan kepada kita, sehingga kita akan dapat berkata: "Dalam naskah aslinya tentu tidak terdapat kesalahan-kesalahan, tetapi kekhilafan itu barulah kemudian terjadi di dalam turunan naskah itu. Isi Bibel juga dalam bentuknya yang asli, telah datang kepada kita dengan perantaraan manusia".19

Dr. R. Soedarmo :

"Dengan pandangan bahwa Kitab Suci hanya catatan saja dari orang, maka diakui juga bahwa di dalam Kitab Suci mungkin sekali ada kesalahan. Oleh karena itu Kitab Suci mungkin sekali ada kesalahan. Oleh karena itu Kitab dengan bentuk sekarang masih dapat diperbaiki".20

Sejarah Penulisan AI-Qur'an

Keaslian al-Qur'an di kalangan Muslim adalah suatu kepastian, susunan dan materinya. Selain karena penjagaan Allah, hal ini tidak lepas dari usaha Rasulullah dan para penerusnya hingga saat ini dalam menjaga keaslian al-Qur'an; huruf perhuruf, ayat perayat, hingga surat dan susunannya. Dengan begitu umat Muslim terhindar dari peringatan Allah swt. untuk tidak merubah al-Qur'an sebagaimana yang pernah dilakukan oleh umat sebelumnya

(Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?] (QS. al-Baqarah: 75).

Allah Swt. telah menjanjikan suatu penjagaan bagi kitab terakhir yang pernah diturunkan kepada umat manusia ini [Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.] (QS. Al-Hijr : 9).

Dan sekaligus menjadi bukti bahwa Muhammad adalah nabi akhir zaman, sebab ajarannya tetap terpelihara dan tak satupun umatnya berani merubah walaupun satu huruf. Janji Allah tersebut setidaknya terbukti dengan upaya-upaya penjagaan oleh kaum Muslim yang telah berlangsung selama lebih dari 14 Abad. Upaya tersebut dapat disimpulkan dalam dua cara : Penulisan Mushhaf seperti yang sampai kepada kita, dan upaya penghafalan oleh para Qurra' (pengkaji al-Qur'an) yang tersebar dipenjuru dunia Islam. Dua macam upaya ini sudah berjalan sejak zaman Rasulullah saat wahyu diturunkan.
Sejarah penulisan dan penjagaan wahyu ini akan kami sajikan secara ringkas berdasarkan hadits dan riwayat sahabat. Riwayat merupakan sumber dalam penulisan sejarah -khususnya tentang masalah ini- yang tidak bisa begitu saja diabaikan, apalagi materi riwayat tersebut tidaklah bertentangan dengan akal sehat, dan diriwayatkan dengan seleksi penerimaan yang sangat ketat. Seleksi yang selain berdasarkan materi juga kejujuran periwayat yang mungkin jarang -nyaris mustahil- kita dapatkan pada masa sekarang. Kita bisa bayangkan ketika perowi yang ditemukan ingin menangkap ayam dengan menggunakan biji sebagai umpan, riwayatnya tidak bisa diterima karena dianggap tidak jujur kepada hewan, apalagi kepada manusia. Suatu seleksi yang sangat ketat hingga hasilnya sangat layak untuk kita jadikan sandaran hukum dan penulisan suatu sejarah seperti bahasan kita kali ini.
Kalau toh ada yang mengatakan riwayat-riwayat di bawah ini adalah fiksi, kita bisa menilai mana yang lebih akurat apakah perowi yang telah menulis riwayat tersebut beberapa abad yang lalu (dimana lebih dekat dengan kejadian, dan tradisi lesan masih sangat kuat serta seleksi yang sangat ketat) ataukah mereka yang datang setelah beberapa abad kemudian dengan alasan "Ilmiah" tiba-tiba mengatakan riwayat tersebut "fiksi". Selama materi riwayatnya tidak menyiratkan hal yang di buat-buat kenapa harus ditolak, kecuali jika bertentangan dengan bukti lain yang lebih akurat.

Penulisan dan Pengajaran AL-Qur'an Pada Masa Rasulullah

Rasulullah sangat berdisiplin dan hati-hati dalam mengajarkan al-Qur'an kepada para sahabatnya, dimana ayat- ayat yang baru turun harus dihapal oleh para sahabat saat itu juga, mereka tidak diizinkan pergi sebelum hafal seluruhnya, setelah itu mereka sampaikan kepada mereka yang tidak hadir, Ayat yang sudah mereka hafal tersebut kemudian mereka lakukan tadarusan (membaca dan mengkajinya) bersama disalah satu rumah di pojok kota Makkah, demi menghindari ancaman orang-orang Quraisy.

Pada saat Rasulullah berada di Madinah, 2/3 al-Qur'an sudah diturunkan.21Hal ini membuat Rasulullah harus bekerja keras mengajarkan al-Qur'an kepada kaum Anshor yang baru masuk Islam. Begitu besarnya tuntutan tersebut hingga Rasulullah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengajarkan al-Qur'an kepada para sahabat. Maka tidak heran jika ada satu kelompok yang kita kenal sebagai ahlu as-suffah yaitu para sahabat yang menetap/tinggal di masjid untuk belajar al-Qur'an, dan dari antara merekalah muncul nama-nama seperti Ibnu Abbas (Muhajirin), Ubay bin Ka'b (Anshor)...... kelak merekalah yang paling berperan dalam melakukan kodifikasi wahyu. Lain dari pada itu cara pengajaran yang dilakukan oleh Rasulullah sangatlah berdisiplin dimana al-Qur'an diajarkan persepuluh ayat sampai para sahabat hafal dan paham maknanya bahkan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, untuk kemudian baru pindah pada sepuluh ayat berikutnya.

Pada zaman Nabi upaya penulisan sudah mulai dilakukan walaupun dengan media yang sangat sederhana di antaranya batu tulis, tulang-tulang, pelepah pohon. Riwayat dari Imam Al-Bukhori menerangkan sebagaimana berikut:
Ubaidullah mengatakan kepada kami dari Musa dari Israil dari Abi Ishaq dari al-Barraa', rnengatakan: Ketika turun (ayat yang artinya:) {Tidaklah sama orang-orang yang berdiam diri dari para mu'min dengan mereka yang berjihad di jalan Allah } Nabi Saw. berkata : panggilkan untukku Zaid dengan membawa batu tulis dan tinta serta tulang, atau tulang dan tinta, kemudian berkata: tulislah {Tidaklah sama orang-orang yang berdiam diri}.....22

Riwayat lain menyebutkan media lain berupa pelepah pohon.23 Dengan media seperti di atas maka logis sekali jika diriwayatkan bahwa lembaran-lembaran al-Qur'an tersebut memenuhi satu ruang (gudang) ditempat Hafsah, istri Nabi Muhammad Saw.
Upaya penulisan yang mereka lakukan bahkan terbilang ketat, sebab penulisan selain wahyu oleh para sahabat tidak diperbolehkan oleh Rasulullah Saw. dengan begitu wahyu Allah tidak tercampur oleh perkataan dan perilaku Nabi yang kemudian disebut Hadits. Berikut ini riwayat dari Imam Muslim berkenaan dengan masalah ini:
Berkata kepada kami Haddaab bin khaalid al-Azdy, berkata kepapa kami Hammaam dari Zaid bin Aslam dari A'athaa' bin Yasar dari Abi Sa 'iid al-Khudry, bahwa Rasulullah Saw. bersabda : "Janganlah kalian menulis apa-apa dariku, barang siapa menulis dariku selain al-Qur'an maka hendaklah ia menghapusnya, dan berbicaralah tentang diriku dan itu diperbolehkan, dan barang siapa dengan sengaja berbohong atas diriku maka bersiap-siaplah untuk tinggal di Neraka (HR. Muslim)

Penulis wahyu yang ditunjuk oleh Rasulullah pada masa itu ada empat orang dari kaum Anshor yaitu : Mu'aadz bin Jabal, Ubay bin Ka'b, Zaid bin Tsaabit dan Abu Zaid,25 dalam riwayat lain menyebutkan : Abu ad-Darda', Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, dan Abu Zaid. Selain mereka juga ada beberapa sahabat Yang menulis untuk diri mereka sendiri.26 Penulisan yang dilakukan oleh Aisyah bahkan sudah berbentuk mushhaf (berbentuk seperti buku) sebagaimana tersebut dalam riwayat berikut ini :
Dan berkata kepada kami Yahya bin Yahya at-Tamiimy ia mengatakan saya belajar dari Malik dari Zaid bin Aslam dari al-Qa 'qaa' bin Hakim dari Abi Yunus pembantu 'Aisyah bahwa ia mengatakarn : Aisyah menyuruhku menulis untuknya mushhaf dan ia mengatakan jika sudah sampai pada ayat ini maka panggil saya [Jagalah oleh kalian sholat¬ sholat (kalian) dan sholat pertengahan] maka ketika sudah sampai pada ayat ini aku memanggilnya dan ia (Aisyah) lantas mengimlakkan kepadaku [Jagalah oleh kalian sholat-sholat (kalian) dan sholat pertengahan] serta sholat ashar (dan berdirilah di hadapan Allah dengan khusyu'] Aisyah mengatakan saya mendengarnya dari Rasulullah Saw. Diriwayatkan oleh Imam Muslim.27

Sangat tidak masuk akal jika Dr. Robert Morey menyatakan bahwa tulisan al-Qur'an telah hilang karena yang tertulis di atas tulang telah pudar dan yang ditulis di atas daun telah dimakan oleh binatang, alasan yang kekanak-kanakan.28
Selain adanya upaya penulisan, maka upaya penjagaan melalui hafalan adalah kegiatan yang umum dilakukan oleh para sahabat, di mana para sahabat saat itu akan merasa malu jika tidak hafal al-Qur'an. Sebegitu merebaknya tradisi hafalan tersebut hingga ada riwayat yang mengatakan bahwa dari sekian jumlah penduduk muslim Madinah saat itu hanya 4-6 orang saja yang tidak hafal.
Tradisi periwayatan lisan (hafalan) dalam budaya Arab sangatlah kental, apalagi pada masa Rasulullah Saw. di mana budaya baca tulis belum meluas -budaya tulis menulis setelah 1,5 abad kemudian-. Begitu kentalnya hingga mereka menemukan metode periwayatan yang ekstra hati-hati. Dalam metode yang mereka pakai dikenal adanya istilah Jarh wa at¬ta ‘diil (kritik dan seleksi atas kredibelitas perowi), sehingga suatu riwayat yang datang dari seorang yang tidak dipercaya tidak akan digunakan. Masing-masing riwayat yang diakui juga memiliki kriteria sendiri berdasarkan keutuhan matan (materi riwayat), sanad (silsilah riwayat sampai ke sumbernya), serta periwayat, baik jumlah maupun kredibelitasnya.29
Dengan tradisi periwayatan dan hafalan seperti diatas, tentu saja al-Qur'an mendapatkan perlakuan yang paling Istimewa. Apalagi metode pengajaran al-Qur'an yang diterapkan pada masa itu salah satunya adalah metode at-Talaqqy wal `ardl (tatap rnuka langsung antara guru dan murid dengan komunikasi dua arah, dengan system learning and presentation) yang akhirnya menjadi dasar-dasar dalam kodifikasi al-Qur'an, yaitu: "Mengambil materi riwayat yang paling akurat serta cara periwayatan yang paling benar, bukan sekedar yang umum clan sesuai dengan standar bahasa Arab “.30

Riwayat-riwayat berikut ini mungkin akan memperjelas tentang masalah ini :
Dari 'Fathimah ra, "Nabi Saw membisikkan kepadaku: 'Jibril telah mengajariku al-Qur'an setiap tahunnya, dan dia mengajariku tahun ini dua kali, dan aku tidak melihat itu kecuali ajalku telah dekat" (HR. Bukhari) .31
Riwayat di atas menerangkan bahwa al-Qur'an selalu diajarkan oleh Jibril kepada Nabi, sebagai pembawa wahyu, yaitu pada bulan Ramadlan pada setiap tahunnya hingga masa berakhirnya penurunan wahyu kepada Nabi Muhammad Saw. Pada tahun yang terakhir, menjelang wafatnya, Jibril datang dua kali untuk mengajariNya al-Qur'an.

(Riwayat ini sekaligus menepis anggapan Dr. Robert Morey yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad Saw. tidak mengetahui kapan beliau akan wafat.)

Pandangan pewahyuan melalui Jibril utusan Allah untuk disampaikan kepada Rasulullah -salah satu caranya dengan dibacakan- secara gradual selama 23 tahun lebih dapat diterima akal ketimbang penggambaran satu buku diturunkan dari langit. Pengajaran dengan system at-talaqqy wal `ardli yang dilakukan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad Saw tersebut diteruskan kepada para sahabat seperti yang dituturkan oleh riwayat berikut ini :
Dan berkata kepada kami Amru an-Naqid, berkata kepada kami Ya'qub bin Ibrahim bin Sa'ad, berkata kepada kami Ayahku dari Muhammad bin Ishaq ia mengatakan, berkata kepadaku Abdullah bin Abi Bakar bin Muharnmad bin Amru bin Hazm al-anshaary dari Yahya bin 'Abdullah bin Abdirrahman bin Sa'ad bin Zurarah dari Ummi Hisyam binti Haritsah bin an-Nu'man mengatakan: Tungku api kami dan tungku api Rasulullah adalah satu selama satu atau dua tahun atau lebih, dan saya tidak pernah mengambil (menghafalkan) (surat) Qaaf dari al-Qur'an yang mulia kecuali dari lisan Rasulullah Saw. yang selalu beliau baca pada hari jum'at di atas mimbar ketika berkhutbah dihadapan jama'ah. (HR. Muslim) .32

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah seringl:ali meminta sahabatnya untuk membacakan al-Qur'an dihadapannya 33. Diantara para sahabat yang ditunjuk oleh Rasulullah untuk mengajarkan al-Qur'an adalah Abdullah bin Mas'ud, Salim, Mu'adz, serta Ubay bin Ka `b .34

Memang agak naif jika seseorang mempersoalkan masalah hafalan yang seakan-akan hanya dilakukan oleh satu orang saja, seperti pernyataan Dr. Robert Morey berikut :
Pengumpulan bahan-bahan al-Qur'an berlangsung beberapa tahun. Banyak masalah muncul karena daya ingat dan hafalan-hafalan seseorang fidak persis sama dengan orang lain. Hal ini merupakan salah safu kelemahan manusia yang tidak dapaf diabaikan. 35
Dr. Robert Morey sangat meremehkan kalangannya senditi dengan menganggap mereka tidak bisa membedakan antara manusia sebagai individu clan manusia sebagai umat. Sebagai individu mungkin saja manusia berkurang daya ingatnya, tapi sebagai ummat hafalan bahkan semakin kuat seiring usaha yang mereka lakukan dari generasi ke generasi. Umat adalah komunitas dan bukan satu orang. Usia umat tidak seperti usia satu orang, usia ummat bisa berabad bahkan beribu tahun hingga kemusnahannya. Usia umat Islam sendiri sudah mencapai ±14 abad.

NOTES
18. Didalam Perjanjian Lama terdapat Taurat (bahasa Semit) yang Dalam bahasa Latin disebut : Pentateuque yang artinya kitab yang terdiri daripada lima bagian : "Kejadian, Keluaran, Imamat orang Levi, bilangan dan ulangan. Orang-orang Yahttdi dan Kristen beranggapan bahwa pengarang Kitab Taurat adalah Nabi Musa. Untuk itu perlu diuji , antara lain tentang kematian Nabi Musa dan kemudian ia menulis tentang kematiannya sendiri ? ( Ul. 34 : 5 ).
19. Dogmatika Masa Kini, BPK Jakarta, 1976, hal. 298
20. Ikhtisar Dogmatika, BPK Jakarta, 1965 hal. 47
21. hal ini bisa dihitung dari jumlah surat makky dan madany.
22. Al-Bukhari, Shahih Al-Bulchari, Daar al-Fikr, Beirut, 1994, Vol. Vl, hal. 123.
23. Imam Ahmad Ibn Hambal, Musnad, Daar al-Fikr, Beirut, vol. V, hal. 185.
24. Imam Muslim, Shahih Muslim, Daar al-Fikr, Beirut, 1993, Jilid II, hal. 710.
25. Ibid, II/474
26. Diantaranya adalah Siti 'Aisyah, Ibnu Mas'ud, Umi Waroqoh binti Abdillah bin Harits, Ubay bin Ka'b, Imam Ali, Ibn Mas'ud dll.
27. Muslim, I/280.
28. Robert Morey, Op. citl., hal 128
29. Metode periwayatan tersebut dikenal dengan ilmu Mushtolah al-Hadits, dan sudah maklum dalam tradisi dan khazanah keilmuan Islam.
30. As-Suyuthi, al-Itqaan fi Ulum al-Qur'an, Daar al-Fikr, Beirut, Cet. III, Th. 1951, Vol. I, hal. 77. 78
31. Al-Bukhari, VI/123.
32. Muslim, I/382.
33. Al-Bukhari, VI/138.
34. Ibid, VI/124.
35 Robert Morey, op. cit., ha1128.




Selengkapnya...

Minggu, 09 Agustus 2009

Sholat Duha dan keutamaannya

Shalat Dhuha ialah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu Matahari
sedang naik, yaitu kira-kira setinggi lebih kurang 7 (tujuh) hasta atau
sekitar setinggi satu tombak yaitu antara pukul 07.00 pagi sampai masuk
waktu Dzuhur, ( sekitar pukul 11.00 siang )

Adapun dalil Shalat Sunnat Dhuha adalah sabda Rosulullah SAW
dalam beberapa Hadist dari Sahabat Abu Huraira ra antara lain sebagai
berikut :

Bersabda Rosulullah SAW :
“ Siapa saja yang dapat mengerjakan Shalat Dhuha dengan langgeng, akan di
ampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan. “
( HR Tirmidzi )

• Nabi Muhammad SAW bersabda :
“ Sesungguhnya di Surga itu ada pintu yang disebut pintu Dhuha, maka
tatkala di hari Kiamat nanti ada panggilan khatib : “ Siapakah orang yang
suka membiasakan shalat Dhuha ? Inilah pintu kamu sekalian, masuklah kamu
sekalian dengan penuh Rahmat Allah SWT. “ ( HR Thabrani )

• Abu Hurairah ra pernah berkata :
“ Di perintahkan kepadaku oleh kekasihku Nabi SAW untuk berpuasa 3 (tiga )
hari pada tiap-tiap bulan, mengerjakan 2 ( dua ) rakaat Shalat Sunnat
Dhuha, dan supaya saya berwitir sebelum tidur.” ( HR Bukhari dan Muslim


• Dari Mu’im bin Hammar, bahwasanya Nabi SAW bersabda :
“ Tuhanmu yang Maha Tinggi telah berseru : “ Hai anak Adam ! Shalatlah
empat rakaat bagi Aku dari awal siang. Maka Aku akan cukupkan engkau di
akhir siang itu”. ( HR Ahmad dan Abu Daud )

• Dari Aisyah ra, ia berkata : “ Adalah Rosulullah SAW biasa Shalat
Dhuha 4 ( empat ) rakaat dan ia menambah ( sebanyak mungkin ) menurut apa
yang dikehendaki Allah SWT.” (HR Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah )

• Dari Ummu Hani diceritakan, sesungguhnya ia pernah datang kepada
Nabi SAW pada tahun di taklukkannya kota Mekkah. Waktu itu, Nabi SAW
berada di bagian atas kota Mekkah. Lalu Rosulullah SAW berdiri menuju ke
tempat mandinya. Fatimah lantas mendinginkannya. Kemudian ia mengambil
pakaiannya dan berselimut dengan pakaian itu. Selanjutnya, ia Shalat 8
( delapan ) rakaat, yaitu Shalat Dhuha. ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )
Adapun keutamaan ( fadhilah ) Shalat Sunnat Dhuha perhatikan

Hadist-Hadist Rosulullah SAW seperti berikut :

• Nabi Muhammad SAW bersabda :
“ Pada tiap pagi dianjurkan atas diri seseorang dari kamu untuk
bersedekah. Maka tiap-tiap tasbih itu sedekah dan tiap-tiap tahmid ( puji )
itu sedekah. Pada tiap-tiap tahlil pun sedekah dan tiap-tiap menyuruh
kepada kebaikan itu juga sedekah. Begitu pula mencegah kemungkaran itu
sedekah. Namun diantara semua itu cukuplah sebagai penggantinya ialah
mengerjakan dua rakaat Dhuha. “ ( HR Muslim dan Abu Dzar )

• Dari Abdullah bin Buraidah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa ia
pernah mendengar Rosulullah SAW bersabda :
“ Dalam diri manusia itu ada 360 ( Tiga Ratus Enam Puluh ) ruas yang
setiap darinya diharuskan bersedekah. Para Sahabat bertanya : Kalau
begitu, siapa yang mampu berbuat demikian ya Rosulullah ? Rosulullah SAW
menjawab : “ Mengeluarkan dahak di Masjid lalu ditanamnya atau
menyingkirkan sesuatu gangguan dari jalan, itu juga sedekah. Tetapi kalau
engkau tidak bisa, kerjakanlah dua rakaat Dhuha. Karena itu mencukupi
dari semua itu “ ( HR Ahmad dan Abu Daud )

• Cara mengerjakan Shalat Dhuha.

1. Niat Shalat Dhuha :
2. Surat yang dibaca setelah Al-Fatihah :
a. Pada rakaat pertama surat Asy-Syams.
b. Pada rakaat kedua surat Adh-Dhuha.
3. Selesai shalat, membaca do’a sebagai berikut :

“ Ya Allah, ya Tuhanku, bahwa kami waktu Dhuha itu milik Engkau dan

kebajikan ( kemewahan ) itu milik Engkau, dan keindahan itu milik Engkau

dan kekuatan itu milik Engkau dan kekuasaan itu milik Engkau dan

pemeliharaan itu milik Engkau. Ya Allah, Tuhanku, jika keadaan rezekiku

di langit, maka turunkanlah dan jika adanya didalam bumi maka

keluarkanlah dan jika adanya didalam air atau dilaut maka keluarkanlah ia

dan jika ia lambat, percepatlah dan jika ia sulit, gampangkanlah dan jika

ia haram, sucikanlah dan jika jauh, dekatkanlah ia dan jika sedikit,

perbanyaklah ia padaku dan jika banyak, berkahilah ia bagiku dan

sampaikanlah dimana saja aku berada. Janganlah Engkau pindahkan aku ke

tempat itu, dan jadikanlah tanganku diatasnya, untuk menjadi pemberi dan

janganlah tanganku dijadikan dibawah untuk jadi tukang minta.

Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu dengan hak ( bekal )

Dhuha Engkau, kebagusan Engkau, keindahan Engkau, kekuatan Engkau,

kekuasaan Engkau dan pemeliharaan Engkau. Tiada daya dan kekuatan,

kecuali dengan pertolongan Engkau. Berilah aku apa yang Engkau engkau

kepada hamba-hamba Engkau yang soleh. Dan sampaikanlah shalawat kepada

Nabi Muhammad SAW dan keluarganya beserta para Sahabatnya. Semoga mereka

mendapat keselamatan dan segala Puji bagi Allah, Tuhan Seru Sekalian
Alam.”

Dalam pelaksanaan Shalat Sunnat Dhuha setiap pagi, paling

sedikit 2 ( dua ) rakaat atau 4 ( empat ) rakaat atau 6 ( Enam ) rakaat

dan paling banyak 8 ( delapan ) rakaat.




Selengkapnya...

Sabtu, 08 Agustus 2009

Keutamaan sholat Tarawih

Bulan Ramadhan, adalah bulan yang amat ditunggu-tunggu umat Islam yang beriman. Bulan yang penuh dengan Ampunan dan keutamaan yang tidak pernah diberikan kepada umat-umat yang lain. Sayang nih kalau dilewatkan mumpung masih hidup dan umur panjang oleh ALLAH SWT.
Kita tidak pernah tahu kapan ajal akan menjemput, tapi yang pasti ALLAH SWT sudah memberikan tanda-tanda pada diri kita, seperti: kekuatan fisik yang berkurang,daya pikir yang semakin lemah dan tumbuhnya uban di kepala kita.

Dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa dia berkata: Nabi SAW ditanya tentang keutamaan-keutamaan tarawih di bulan Ramadhan. Kemudian beliau bersabda;

pada malam ke 1 : Orang mukmin keluar dari dosanya , seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.

pada malam ke 2 : ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.

pada malam ke 3 : seorang malaikat berseru dibawah ‘Arsy: “Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat”.

Pada malam ke 4 : dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan (Al-Quran).

Pada malam ke 5 : Allah Ta’ala memeberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, masjid Madinah dan Masjidil Aqsha.

Pada malam ke 6 : Allah Ta’ala memberikan pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.

Pada malam ke 7 : seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa a.s. dan kemenangannya atas Fir’aun dan Haman.

Pada malam ke 8 : Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi Ibrahin a.s.

Pada malam ke 9 : seolah-olah ia beribadat kepada Allag Ta’ala sebagaimana ibadatnya Nabi SAW.

Pada Malam ke 10: Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.

Pada malam ke 11: ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.

Pada malam ke 12: ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama.

Pada malam ke 13: ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.

Pada malam ke 14: para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.

Pada malam ke 15: ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.

Pada malam ke 16: Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.

Pada malam ke 17: ia diberi pahala seperti pahala para nabi.

Pada malam ke 18: seorang malaikat berseru, “Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.”

Pada malam ke 19: Allah mengangkat derajat-derajatnya dalam surga Firdaus.

Pada malam ke 20: Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).

Pada malam ke 21: Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya.

Pada malam ke 22: ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.

Pada malam ke 23: Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.

Pada malam ke 24: ALLAH mengabilkan duapuluh empat doanya

Pada malam ke 25: Allah Ta’ala menghapuskan darinya azab kubur.

Pada malam ke 26: Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.

Pada malam ke 27: ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.

Pada malam ke 28: Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.

Pada malam ke 29: Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.

pada malam ke 30: Allah berfirman:”Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari iar Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku” (HR Majalis).

Perbedaan jumalah raka'at dalam perlaksanaan Sholat Tarawaih hendaknya tidak dijadikan jurang pemisah, 11 raka;at ataupun 21 raka'at sama sama baik dan luar biasa pahalanya.Tapi yang terpenting adalah orang-orang yang melaksanakan Puasa di bulan Ramadhan dan menjalankan segala Sunnah pasti orang-orang yang beriman dan mengharap ampunan dari ALLAH SWT. mudah mudahan ALLAH SWT menerima segala amal ibadah yang kita lakukan.Wassalam
sumber:htt://ogin.wordpress.com
Selengkapnya...

SALAM KENAL

HAI! Sebagai blogger baru, perlu kiranya saya mendapatkan kritik,saran dan tips agar blog ini bisa bermanfaaf.Blog ini memang dibuat untuk para mualaf-mualaf yang mempunyai problem(masalah)dan mudah-mudahan dapat dicarikan jalan keluar.Wassalam